Minggu, 27 Desember 2015

SEBAB ANDA GAGAL BERPRODUKSI, MAU TAU???

PRODUKSI DALAM BINGKAI BAROKAH



Seiring perkembangan zaman masih terdapat anggapan bahwa Islam berkedudukan sebagai penghambat proses kemajuan. Paradigma tersebut lahir dari pemikir barat[1], namun hal ini tidak menjadi acuan bagi para intelektual muslim untuk meyakininya. Islam adalah agama yang sangat komprehensif dan universal[2], artinya Islam sebagai sistem yang mencakup seluruh aspek kehidupan (baik ibadah dan muamalah) dan berlaku untuk seluruh umat.
             

Dalam kerangka muamalah lebih berfokus dengan kondisi sosial yang mana setiap kegiatan dihadapkan dengan tata cara berhubungan dengan manusia lain, terkhusus pada tulisan ini dalam melakukan kegiatan ekonomi di bidang produksi. Seorang Ahli bernama Kahf (1992) mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif islam sebagai usaha manusia memperbaiki, tidak hanya kondisi fisik materilnya, tetapi juga moralitas sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam Islam, yaitu kebahagian dunia dan akhirat.  


Produksi juga penyatuan alam dan manusia untuk mendapatkan output yang memiliki nilai tambah (Value Added). Idealnya, produksi yang dilakukan manusia dengan melibatkan alam harus menjadi concern untuk tetap ramah terhadap lingkungan (Environmental Friendly) Hal ini sejalan dengan konsep Triple Bottom Line yang mengukur kesuksesan korporasi ysng berfokus kepada 3P (Profit, Planet, People)

1. Profit
Keuntungan (Profit) adalah salah satu hal terpenting yang harus dicapai sebuah korporasi dalam memaksimalkan produktivitasnya. Dialog Seorang pengusaha dalam Seminarnya mengatakan "keuntungan bukan segala-galanya, tapi tanpa keuntungan perusahaan tidak bisa berkembang". Kutipan tersebut begitu ringkas menjelaskan keuntungan itu penting tetapi ada variabel lain yang harus diperhatikan demi menunjang korporasi tersebut mampu  bersaing jangka panjang (suistainable).

2. Planet (Environmental)
Planet menjadi salah satu ukuran (measurement) kesejahteraan korporasi bagaimana memperlakukan alam dengan berbagai kegiatan produksinya. Jikalau dibandingkan di Negara Maju, korporasi yang merusak lingkungan akibat produksi tidak akan diperbolehkan untuk beroperasi karena berakibat fatal terhadap lingkungan. 

3 People (Stakeholder) 
People juga salah satu indikator Korporasi dikatakan sukses karena menimbang perlakuan perusahaan terhadap stake holder [3] (pemangku kepentingan). Ketika korporasi memberikan kepedulian terhadap karyawan, masyarakat, maka stake holder pun akan berusaha melakukan yang terbaik akibat pengayoman dan perhatian yang menjadikan karyawan memperoleh kenyamanan. Maka akan terjadi titik dimana kepedulian perusahaan bertemu dengan kenyamanan stake holder, hal inilah yang menyebabkan perusahaan terus berkembang dan akan mencapai level of happiness (Kesejahteraan).


Isu yang kemudian hangat diperbincangkan adanya korporasi ataupun perusahaan yang kemudian bergerak dalam memproduksi berbagai komoditas dengan tidak mengacu kepada Syariah Islam dan hanya mementingkan individu (Self Interest). Penulis tidak bermaksud mengkritisi para Stakeholder melainkan untuk mengkaji produksi dalam bingkai Barokah dengan upaya memitigasi kejadian yang menguntungkan segelintir orang dan dalam waktu yang bersamaan merugikan banyak pihak dalam korporasi.
          

Realita yang terjadi dalam korporasi tidak jarang ditemukan berproduksi dengan menghalalkan segala cara yang kemudian berimbas kepada khalayak ramai. Kesemuanya itu terjadi karena oknum yang tidak lagi memperhitungkan barokah dalam kegiatan produksinya. Permasalahan-permasalahan didasari oleh perilaku oknum yang hedonisme (hubbud dunya).
            

Barokah secara terminologi diartiakan Ziyadatul khair[4], yakni “ bertambahnya kebaikan”. Ketika barokah dijadikan sebagai bingkai Korporasi untuk melakukan kegiatan produksi maka potensi yang menghancurkan dan merugikan banyak orang tentunya tidak akan terjadi karena Barokah telah menjadi koridor ataupun batasan produksi. Hal ini sejalan dengan Islamic Worldview yang termaktub dalam terjemahan “ Jika sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”(Surah Al-Araf :96). Dalam skema  produksi yang mendapatkan barokah yang dimaksud adalah, yakni:
   .      
               1. Bahan Input
Adalah bahan yang digunakan dalam memproduksi terlepas dari Maysir, Gharar dan Riba, seperti illegal logging dalam pembuatan kertas.
              
               2.  Aktivitas Produksi
Adalah proses kegiatan yang produksi yang tidak merugikan orang lain dan lingkungan seperti dalam konsep Triple Bottom Line.
     
               3. Output (Barang dan Jasa)
Adalah hasil dari produksi yang tentunya bermanfaat untuk konsumen.

            Produksi dalam bingkai barokah merupakan stimulus untuk korporasi ataupun Individu yang akan melakukan kegiatan produksinya dengan pertimbangan Syariah Islam. Pemecahan permasalahan berbagai produksi yang berkutat pada harus untung perlu ditinjau ulang dalam pergeseran paradigma (Shifting Paradigm) dengan upaya maslahat dan kepentingan bersama untuk mencapai falah (kesejahteraan dunia dan akhirat).







[1] Max Weber, The protestant Ethic and the sprit of capitalism (London: George Allen & unwin., 1976)
[2] Muhammad Syafi’I Antonio, Islamic Banking dari teori ke praktik (Jakarta, 2001)
[3] Stake holder (pemangku kepentingan) adalah orang yang mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung kepada korporasi, Dr Yodfiatfinda, 2013
[4] Imam Al Ghazali, Ensiklopedia Tasawuf, hal 79.

Sabtu, 26 Desember 2015

RAHASIA SUKSES YANG PALING MENGEJUTKAN!!



KESUKSESAN JIWA

 Berbicara tentang sukses jiwa adalah pembahasan yang paling serius dengan ambisi melontarkan jiwa kedalam titik kesuksesan. Hal itu terbukti bahwa setiap insan yang hidup di dunia pasti ingin sukses yang melekat pada jiwanya. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah sangat banyak orang ingin sukses tetapi melanggengkan kebiasaan orang gagal. Ingin sukses seperti membalikkan telapak tangan. Nah, paradigma yang demikian ini harus diubah dalam jiwa setiap insan.
           
         Penulis mencoba mengkaji antara idealitas dan realitas dalam pencapaian kesuksesan jiwa, terkhusus di Negara indonesia. Indonesia dengan jumlah 250 juta penduduk idealisnya pasti menginginkan kesuksesan dalam jiwa, artinya 250 juta penduduk tersebut ingin diperhitungkan dalam hal kesuksesan jiwa baik dari segi pendidikan maupun kekayaan, dll. Tetapi, realitasnya masih banyak penduduk di Indonesia yang berada dibawah garis kemiskinan ataupun tidak sejahtera. Sedangkan yang bergerak dibidang kewirausahaan pun masih  berkutat dibawah 1%.
            
           
           Kajian diatas harus ditemukan solusi antara idealitas dan realitas dalam pencapaian kesuksesan jiwa, terkhusus di negara Indonesia. Solusi yang penulis tawarkan adalah:
1.    
           Percaya kepada Allah dan Rasul-Nya


          Kesuksesan jiwa dipengaruhi oleh percaya kepada Allah (tauhid), mengamalkan kepercayaan dan meneladani sifat mulia dari Rasululloh. Hal inilah yang membentuk kecerdasan spritual dan emosional, karena agama mengajarkan untuk memiliki hati nurani yang bersih. Ketika seseorang dihadapkan dengan berbagai permasalahan dan tauhid dijadikan sebagai landasan kepercayaan maka tidak akan terjadi kerusakan yang melibatkan maslahat.

2.     Pendidikan


       Kesuksesan jiwa juga dipengaruhi oleh Pendidikan, Hal inilah yang membentuk kecerdasan intelektual. Karena sulit sekali kita bayangkan orang yang tidak intelektual mampu bersaing dengan khalayak ramai. Maka perlu penekanan tentang pendidikan supaya melahirkan generasi intelektual.

3.     Lingkungan


           Lingkungan sangat berpengaruh terhadap karakter seseorang demi menunjang kesuksesan jiwa, karena setiap kebaikan ataupun keburukan dalam lingkungan perlahan lahan akan mendoktrin karakter setiap orang. Hal inilah salah satu pembentuk kecerdasan emosional.

         Ketiga aspek diatas adalah solusi untuk mendapatkan kesuksesan jiwa. Penulis sangat percaya diri jikalau semua penduduk indonesia sangat antusias melakukan ketiga aspek diatas maka GAP ataupun keadaan yang semestinya tidak terjadi antara idealitas dan realitas akan berhasil ditangkal. Semoga tulisan ini mengubah paradigma masyarakat Indonesia dan mampu menghipnotis para pembaca. Satu kata penutup “ DO AND ACTION”.

BISMILLAH SUKSESKU JIWAKU