Selasa, 07 Juni 2016

PRODUKSI DALAM BINGKAI BAROKAH !!!

BERKAH
Seiring perkembangan zaman masih terdapat anggapan bahwa Islam berkedudukan sebagai penghambat proses kemajuan. Paradigma tersebut lahir dari pemikir barat[1], namun hal ini tidak menjadi acuan bagi para intelektual muslim untuk meyakininya. Islam adalah agama yang sangat komprehensif dan universal[2], artinya Islam sebagai sistem yang mencakup seluruh aspek kehidupan (baik ibadah dan muamalah) dan berlaku untuk seluruh umat.

             Dalam kerangka muamalah lebih berfokus dengan kondisi sosial yang mana setiap kegiatan dihadapkan dengan tata cara berhubungan dengan manusia lain, terkhusus pada tulisan ini dalam melakukan kegiatan ekonomi di bidang produksi. Seorang Ahli bernama Kahf (1992) mendefinisikan kegiatan produksi dalam presepktif Islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki, tidak hanya kondisi fisik materiilnya, tetapi juga moralitas sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam Islam, yaitu kebahagian dunia dan akhirat.

            Produksi juga merupakan penyatuan alam dan manusia untuk mendapatkan output yang memiliki nilai tambah (Value Added). Idealnya, produksi yang dilakukan manusia dengan melibatkan alam harus menjadi concern untuk tetap ramah terhadap lingkungan (Environmental Friendly), Hal ini sejalan konsep Triple Bottom Line  yang mengukur Kesuksesan korporasi yang berfokus kepada 3P (Profit, Planet, People).

PRODUKSI


v 1. Profit
Keuntungan (Profit) adalah salah satu hal terpenting yang harus dicapai sebuah korporasi dalam memaksimalkan produktivitasnya. Dialog Seorang pengusaha dalam Seminarnya mengatakan "keuntungan bukan segala-galanya, tapi tanpa keuntungan perusahaan tidak bisa berkembang". Kutipan tersebut begitu ringkas menjelaskan keuntungan itu penting tetapi ada variabel lain yang harus diperhatikan demi menunjang korporasi tersebut mampu  bersaing jangka panjang (suistainable).

v 2. Planet (Environment)
Planet menjadi salah satu ukuran (Measurement) kesejahteraan korporasi bagaimana memperlakukan alam dengan berbagai kegiatan produksinya. Jikalau dibandingkan di Negara Maju, korporasi yang merusak lingkungan akibat produksi tidak akan diperbolehkan untuk beroperasi karena berakibat fatal terhadap lingkungan. 

v People (Stakeholder)
People juga salah satu indikator Korporasi dikatakan sukses karena menimbang perlakuan perusahaan terhadap stake holder[3] (pemangku kepentingan). Ketika korporasi memberikan kepedulian terhadap karyawan, masyarakat, maka stake holder pun akan berusaha melakukan yang terbaik akibat pengayoman dan perhatian yang menjadikan karyawan memperoleh kenyamanan. Maka akan terjadi titik dimana kepedulian perusahaan bertemu dengan kenyamanan stake holder, hal inilah yang menyebabkan perusahaan terus berkembang dan akan mencapai level of happiness (Kesejahteraan).
            
Isu yang kemudian hangat diperbincangkan adanya korporasi ataupun perusahaan yang kemudian bergerak dalam memproduksi berbagai komoditas dengan tidak mengacu kepada syariaT Islam dan hanya mementingkan individu (Self Interest). Penulis tidak bermaksud mengkritisi para stakeholder melainkan untuk mengkaji produksi dalam bingkai barokah, dengan upaya memitigasi kejadian yang hanya menguntungkan segelintir orang dan dalam waktu yang bersamaan merugikan banyak pihak dalam korporasi.

            Realita yang terjadi dalam korporasi tidak jarang ditemukan berproduksi dengan menghalalkan segala cara yang kemudian berimbas kepada khalayak ramai. Kesemuanya itu terjadi karena oknum yang tidak lagi memperhitungkan barokah dalam kegiatan produksinya. Permasalahan-permasalahan didasari oleh perilaku oknum yang hedonisme (hubbud dunya).

            Barokah secara terminologi diartiakan Ziyadatul khair[4], yakni “ bertambahnya kebaikan”. Ketika barokah dijadikan sebagai bingkai Korporasi untuk melakukan kegiatan produksi maka potensi yang menghancurkan dan merugikan banyak orang tentunya tidak akan terjadi karena Barokah telah menjadi koridor ataupun batasan produksi. Hal ini sejalan dengan Islamic Worldview yang termaktub dalam terjemahan “ Jika sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”(Surah Al-Araf :96). Dalam skema  produksi yang mendapatkan barokah yang dimaksud adalah, yakni:
1.    
1. Bahan Input adalah bahan yang digunakan dalam memproduksi terlepas dari Maysir, Gharar dan Riba, seperti illegal logging dalam pembuatan kertas.
2. .Aktivitas Produksi Adalah proses kegiatan yang produksi yang tidak merugikan orang lain dan lingkungan seperti dalam konsep Triple Bottom Line.
3.  Output (Barang dan Jasa) adalah hasil dari produksi yang tentunya bermanfaat untuk konsumen.


                Produksi dalam bingkai barokah merupakan stimulus untuk korporasi ataupun Individu yang akan melakukan kegiatan produksinya dengan pertimbangan Syariah Islam. Pemecahan permasalahan berbagai produksi yang berkutat pada harus untung perlu ditinjau ulang dalam pergeseran paradigma (Shifting Paradigm) dengan upaya maslahat dan kepentingan bersama untuk mencapai falah (kesejahteraan dunia dan akhirat).



    [1] Max Weber, The protestant Ethic and the sprit of capitalism (London: George Allen & unwin., 1976)
    [2] Muhammad Syafi’I Antonio, Islamic Banking dari teori ke praktik (Jakarta, 2001)
    [3] Stake holder (pemangku kepentingan) adalah orang yang mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung kepada korporasi, Dr Yodfiatfinda, 2013
    [4] Imam Al Ghazali, Ensiklopedia Tasawuf, hal 79.

    Jumat, 22 Januari 2016

    Optimalisasi Potensi Indonesia Dalam Industri Keuangan Syariah

    Mengkaji optimalisasi adalah pembahasan tentang tujuan ke arah yang lebih baik, demi pencapaian optimum potensi Indonesia dalam industri keuangan syariah. Ada beberapa catatan penting yang sesungguhnya Indonesia memiliki potensi lebih untuk meng-optimalisasi industri keuangan syariah. Pertama, penduduk Indonesia dengan mayoritas beragama Islam. Meskipun Industri keuangan syariah tidak dikhususkan bagi muslim, tetapi umat muslim tetap menjadi pasar utama bisnis dan keuangan syariah. Kedua, terkait bonus demografi[1] (usia produktif) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen[2]. Peningkatan kelompok ini didominasi oleh umat muslim dengan behaviour yang beragam, yang membuat bisnis dan keuangan syariah juga lebih beragam dan ketiga, memiliki sumber daya alam yang melimpah yang dapat dijadikan sebagai underlying transaksi industri keuangan syariah.



    Ditinjau dari perkembangan industri keuangan syariah dalam cakupan perbankan termasuk dalam kategori perkembangan yang sangat pesat jikalau berkaca pada 10 tahun terakhir. Data OJK per Maret 2015, industri perbankan syariah terdiri atas 12 bank umum syariah dengan 22 unit usaha syariah yang dimiliki bank umum konvensional. Kemudian 163 BPRS dengan total aset Rp 264,81 triliun dan pangsa pasar 4,88 persen. Jumlah pelaku industri keuangan nonbank syariah ada 98 lembaga di luar LKM; terdiri atas usaha jasa takaful (asuransi syariah) yang mengelola aset senilai Rp 23,80 triliun, di samping usaha pembiayaan syariah yang mengelola aset senilai Rp 19,63 triliun serta lembaga keuangan syariah lainnya dengan aset Rp 12,86 triliun dan penghimpunan DPK perbankan syariah adalah sebesar Rp207,121 triliun.

    Pembahasan industri keuangan syariah tidak serta merta pada cakupan perbankan syariah, namun ada banyak industri keuangan di Indonesia yang berpotensi untuk dioptimalkan. Seperti Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB) yaitu asuransi syariah (takaful), koperasi syariah (BMT), dan Islamic microfinance, reksadana syariah (unit trust), lembaga pasar modal syariah dan juga surat hutang syariah (sukuk).  Tetapi pertumbuhan industri keuangan syariah di Indonesia masih berkutat di sektor perbankan. Adapun Potensi lainnya adalah pengembangan keuangan syariah melalui instrumen sukuk. Hal itu terbukti Pemerintah telah mengeluarkan sukuk beberapa tahun silam dengan nama Sukuk Ritel (SUKRI) RI, hasilnya cukup menggembirakan dan respon pasar disambut hangat dengan memborong sukuk ritel yang dijual 1 juta per lembar tersebut, kalangan pegawai termasuk PNS bahkan ibu rumah tangga membeli sukuk tersebut melalui bank-bank syariah sebagai agen penjual.


    Terkait pencapaian optimalisasi keuangan syariah di Indonesia perlu adanya regulasi yang memiliki perhatian khusus terkait pengoptimalan industri keuangan syariah. Lahirnya OJK juga dapat dipandang sebagai suatu peluang bagi sistem keuangan syariah untuk lebih dapat mengarahkan perkembangan industri keuangan syariah (Best Regulator in Promoting Islamic Finance). Peran OJK dan pelaku industri keuangan syariah dalam menjawab tantangan keuangan syariah diperlukan langkah strategis sebagai berikut: Pertama, OJK sebagai lembaga yang memiliki kewenangan untuk membuat regulasi, juga mensupervisi kegiatan sektor keuangan, harus mampu membangun sinergi dan juga mengembangkan bisnis model yang mampu dilaksanakan di lapangan oleh pelaku sektor keuangan syariah di Indonesia. 

    Kedua, Permasalahan klasik yang kini masih dihadapi adalah tingkat pengetahuan masyarakat terhadap Ekonomi Islam itu sendiri. Kurangnya sosialisai dan edukasi kepada masyarakat merupakan masalah klasik yang mendasar dan berpengaruh pada marketshare keuangan syariah, untuk itu perlu sosialisasi yang massif. Kita ketahui bahwa keuangan syariah adalah hal yang baru di Indonesia, dalam konteks keuangan modern saat ini, hanya sebagian kecil saja yang sudah memahami dan menyadari keuangan syariah. Banyak masyarakat beranggapan bunga dan bagi hasil sama saja atau sistem keuangan syariah sama dengan konvensional hanya ganti istilah saja. Hal ini tidak boleh dipungkiri sebagai hambatan dalam pertumbuhan bank syariah. Oleh karenanya, OJK dengan kekuatan dana yang ditopang oleh anggaran Negara melalui APBN harus menjadikan agenda sosialisasi sebagai program utama yang harus dijalankan. Sosialisasi bukan hanya di kampus atau di kota besar, tetapi juga harus dilakukan sampai kepada kalangan pegawai, buruh, tani, higga ke pelosok desa. JIka ini dilakukan secara efektif bisa dipastikan kesadaran masyarakat untuk bertransaksi sesuai syariah akan mendorong optimalisasi industri keuangan syariah di Indonesia.

    Ketiga, Membangun infrastruktur pendukung bagi kegiatan supervisi lintas sektoral. Peran OJK dalam membangun sistem pengawasan yang baik akan membantu membangun kepercayaan masyarakat pada sistem keuangan Indonesia, khususnya di industri keuangan syariah. Maka, kejadian buruk yang merugikan citra keuangan syariah, seperti investasi bodong berlabel syariah tidak akan terjadi lagi atau minimal berkurang bobot kualitas kejahatannya. Kejadian positif dari keuangan syariah secara tidak langsung akan mendorong masyarakat yang belum menggunakan jasa keuangan syariah menjadi tertarik dan ikut mencoba jasa keuangan syariah.


    Keempat, Mendorong kebijakan peningkatan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Insani. Permasalahan jasa keuangan syariah selama ini masih banyak diisi oleh para pelaku dari industri keuangan konvensional yang kebanyakan tidak memahami dan menguasai secara baik sistem keuangan syariah. Hal ini berdampak kepada kinerja SDI yang tidak mumpuni dan menimbulkan masyarakat kurang percaya terhadap industri keuangan syariah.

    Kelima, inovasi dalam pengembangan produk industri keuangan syariah, perlu adanya produk yang lebih inovatif untuk menunjang masyarakat agar tertarik dengan industri keuangan syariah, baik yang berkaitan dengan microfinance, Surat utang syariah maupun pasar modal syariah.
     


    [1] Rasio ketergantungan
    [2] Surya Chandra, anggota DPR Komisi IX, dalam Seminar masalah kependudukan di Indonesia di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    Minggu, 27 Desember 2015

    SEBAB ANDA GAGAL BERPRODUKSI, MAU TAU???

    PRODUKSI DALAM BINGKAI BAROKAH



    Seiring perkembangan zaman masih terdapat anggapan bahwa Islam berkedudukan sebagai penghambat proses kemajuan. Paradigma tersebut lahir dari pemikir barat[1], namun hal ini tidak menjadi acuan bagi para intelektual muslim untuk meyakininya. Islam adalah agama yang sangat komprehensif dan universal[2], artinya Islam sebagai sistem yang mencakup seluruh aspek kehidupan (baik ibadah dan muamalah) dan berlaku untuk seluruh umat.
                 

    Dalam kerangka muamalah lebih berfokus dengan kondisi sosial yang mana setiap kegiatan dihadapkan dengan tata cara berhubungan dengan manusia lain, terkhusus pada tulisan ini dalam melakukan kegiatan ekonomi di bidang produksi. Seorang Ahli bernama Kahf (1992) mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif islam sebagai usaha manusia memperbaiki, tidak hanya kondisi fisik materilnya, tetapi juga moralitas sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam Islam, yaitu kebahagian dunia dan akhirat.  


    Produksi juga penyatuan alam dan manusia untuk mendapatkan output yang memiliki nilai tambah (Value Added). Idealnya, produksi yang dilakukan manusia dengan melibatkan alam harus menjadi concern untuk tetap ramah terhadap lingkungan (Environmental Friendly) Hal ini sejalan dengan konsep Triple Bottom Line yang mengukur kesuksesan korporasi ysng berfokus kepada 3P (Profit, Planet, People)

    1. Profit
    Keuntungan (Profit) adalah salah satu hal terpenting yang harus dicapai sebuah korporasi dalam memaksimalkan produktivitasnya. Dialog Seorang pengusaha dalam Seminarnya mengatakan "keuntungan bukan segala-galanya, tapi tanpa keuntungan perusahaan tidak bisa berkembang". Kutipan tersebut begitu ringkas menjelaskan keuntungan itu penting tetapi ada variabel lain yang harus diperhatikan demi menunjang korporasi tersebut mampu  bersaing jangka panjang (suistainable).

    2. Planet (Environmental)
    Planet menjadi salah satu ukuran (measurement) kesejahteraan korporasi bagaimana memperlakukan alam dengan berbagai kegiatan produksinya. Jikalau dibandingkan di Negara Maju, korporasi yang merusak lingkungan akibat produksi tidak akan diperbolehkan untuk beroperasi karena berakibat fatal terhadap lingkungan. 

    3 People (Stakeholder) 
    People juga salah satu indikator Korporasi dikatakan sukses karena menimbang perlakuan perusahaan terhadap stake holder [3] (pemangku kepentingan). Ketika korporasi memberikan kepedulian terhadap karyawan, masyarakat, maka stake holder pun akan berusaha melakukan yang terbaik akibat pengayoman dan perhatian yang menjadikan karyawan memperoleh kenyamanan. Maka akan terjadi titik dimana kepedulian perusahaan bertemu dengan kenyamanan stake holder, hal inilah yang menyebabkan perusahaan terus berkembang dan akan mencapai level of happiness (Kesejahteraan).


    Isu yang kemudian hangat diperbincangkan adanya korporasi ataupun perusahaan yang kemudian bergerak dalam memproduksi berbagai komoditas dengan tidak mengacu kepada Syariah Islam dan hanya mementingkan individu (Self Interest). Penulis tidak bermaksud mengkritisi para Stakeholder melainkan untuk mengkaji produksi dalam bingkai Barokah dengan upaya memitigasi kejadian yang menguntungkan segelintir orang dan dalam waktu yang bersamaan merugikan banyak pihak dalam korporasi.
              

    Realita yang terjadi dalam korporasi tidak jarang ditemukan berproduksi dengan menghalalkan segala cara yang kemudian berimbas kepada khalayak ramai. Kesemuanya itu terjadi karena oknum yang tidak lagi memperhitungkan barokah dalam kegiatan produksinya. Permasalahan-permasalahan didasari oleh perilaku oknum yang hedonisme (hubbud dunya).
                

    Barokah secara terminologi diartiakan Ziyadatul khair[4], yakni “ bertambahnya kebaikan”. Ketika barokah dijadikan sebagai bingkai Korporasi untuk melakukan kegiatan produksi maka potensi yang menghancurkan dan merugikan banyak orang tentunya tidak akan terjadi karena Barokah telah menjadi koridor ataupun batasan produksi. Hal ini sejalan dengan Islamic Worldview yang termaktub dalam terjemahan “ Jika sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”(Surah Al-Araf :96). Dalam skema  produksi yang mendapatkan barokah yang dimaksud adalah, yakni:
       .      
                   1. Bahan Input
    Adalah bahan yang digunakan dalam memproduksi terlepas dari Maysir, Gharar dan Riba, seperti illegal logging dalam pembuatan kertas.
                  
                   2.  Aktivitas Produksi
    Adalah proses kegiatan yang produksi yang tidak merugikan orang lain dan lingkungan seperti dalam konsep Triple Bottom Line.
         
                   3. Output (Barang dan Jasa)
    Adalah hasil dari produksi yang tentunya bermanfaat untuk konsumen.

                Produksi dalam bingkai barokah merupakan stimulus untuk korporasi ataupun Individu yang akan melakukan kegiatan produksinya dengan pertimbangan Syariah Islam. Pemecahan permasalahan berbagai produksi yang berkutat pada harus untung perlu ditinjau ulang dalam pergeseran paradigma (Shifting Paradigm) dengan upaya maslahat dan kepentingan bersama untuk mencapai falah (kesejahteraan dunia dan akhirat).







    [1] Max Weber, The protestant Ethic and the sprit of capitalism (London: George Allen & unwin., 1976)
    [2] Muhammad Syafi’I Antonio, Islamic Banking dari teori ke praktik (Jakarta, 2001)
    [3] Stake holder (pemangku kepentingan) adalah orang yang mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung kepada korporasi, Dr Yodfiatfinda, 2013
    [4] Imam Al Ghazali, Ensiklopedia Tasawuf, hal 79.

    Sabtu, 26 Desember 2015

    RAHASIA SUKSES YANG PALING MENGEJUTKAN!!



    KESUKSESAN JIWA

     Berbicara tentang sukses jiwa adalah pembahasan yang paling serius dengan ambisi melontarkan jiwa kedalam titik kesuksesan. Hal itu terbukti bahwa setiap insan yang hidup di dunia pasti ingin sukses yang melekat pada jiwanya. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah sangat banyak orang ingin sukses tetapi melanggengkan kebiasaan orang gagal. Ingin sukses seperti membalikkan telapak tangan. Nah, paradigma yang demikian ini harus diubah dalam jiwa setiap insan.
               
             Penulis mencoba mengkaji antara idealitas dan realitas dalam pencapaian kesuksesan jiwa, terkhusus di Negara indonesia. Indonesia dengan jumlah 250 juta penduduk idealisnya pasti menginginkan kesuksesan dalam jiwa, artinya 250 juta penduduk tersebut ingin diperhitungkan dalam hal kesuksesan jiwa baik dari segi pendidikan maupun kekayaan, dll. Tetapi, realitasnya masih banyak penduduk di Indonesia yang berada dibawah garis kemiskinan ataupun tidak sejahtera. Sedangkan yang bergerak dibidang kewirausahaan pun masih  berkutat dibawah 1%.
                
               
               Kajian diatas harus ditemukan solusi antara idealitas dan realitas dalam pencapaian kesuksesan jiwa, terkhusus di negara Indonesia. Solusi yang penulis tawarkan adalah:
    1.    
               Percaya kepada Allah dan Rasul-Nya


              Kesuksesan jiwa dipengaruhi oleh percaya kepada Allah (tauhid), mengamalkan kepercayaan dan meneladani sifat mulia dari Rasululloh. Hal inilah yang membentuk kecerdasan spritual dan emosional, karena agama mengajarkan untuk memiliki hati nurani yang bersih. Ketika seseorang dihadapkan dengan berbagai permasalahan dan tauhid dijadikan sebagai landasan kepercayaan maka tidak akan terjadi kerusakan yang melibatkan maslahat.

    2.     Pendidikan


           Kesuksesan jiwa juga dipengaruhi oleh Pendidikan, Hal inilah yang membentuk kecerdasan intelektual. Karena sulit sekali kita bayangkan orang yang tidak intelektual mampu bersaing dengan khalayak ramai. Maka perlu penekanan tentang pendidikan supaya melahirkan generasi intelektual.

    3.     Lingkungan


               Lingkungan sangat berpengaruh terhadap karakter seseorang demi menunjang kesuksesan jiwa, karena setiap kebaikan ataupun keburukan dalam lingkungan perlahan lahan akan mendoktrin karakter setiap orang. Hal inilah salah satu pembentuk kecerdasan emosional.

             Ketiga aspek diatas adalah solusi untuk mendapatkan kesuksesan jiwa. Penulis sangat percaya diri jikalau semua penduduk indonesia sangat antusias melakukan ketiga aspek diatas maka GAP ataupun keadaan yang semestinya tidak terjadi antara idealitas dan realitas akan berhasil ditangkal. Semoga tulisan ini mengubah paradigma masyarakat Indonesia dan mampu menghipnotis para pembaca. Satu kata penutup “ DO AND ACTION”.

    BISMILLAH SUKSESKU JIWAKU

                

    Selasa, 27 Oktober 2015

    KORPORASI SUKSES TRIPLE BOTTOM LINE (P,P,P)

    BISMILLAHIRROHMANIRROHIM...



    Setiap Korporasi pasti konsentrasi terhadap keuntungan (profit). Adapun yang dimaksud korporasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah badan usaha yang sah ataupun perusahaan yang dikelola dan dijalankan sebagai satu perusahaan besar. Tentunya setiap perusahaan akan konsentrasi lebih kepada profit demi keberlangsungan usaha jangka panjang (suistainable). Seperti yang terjadi di perusahaan besar ketika laporan keuangan tidak menggambarkan adanya profit secara terus-menerus, maka perusahaan akan mengalami kerugian dan mengakibatkan tidak bisa bertahan dalam jangka panjang (survive). Resiko kerugian inilah yang menjadikan setiap korporasi berambisi untuk selalu untung (profit) tanpa memperhatikan variabel yang lain.

    Setiap korporasi yang menjadikan profit sebagai acuan pertama tanpa memperhatikan variabel-variabel lain, bisa dipastikan korporasi tersebut tidak akan sukses atau mampu bertahan dalam jangka panjang. Karena fokus korporasi tidak hanya profit (Focus on share holder) tetapi ada variabel lain yang diistilahkan dengan TRIPLE BOTTOM LINE. Perusahaan dikatakan sukses dan bertanggung jawab ketika menjadikan triple bottom line sebagai suatu acuan yang harus dijalankan. Di Negara Maju telah terjadi pegeseran paradigma (shifting paradigm) bahwasanya korporasi tidak hanya fokus terhadap profit namun memastikan kefokusan terhadap pemangku kepentingan (stakeholder) yang menjamin tidak adanya efek negatif yang ditimbulkan perusahaan terhadap eksternalitas.


    Kesuksesan sebuah perusahaan dapat diketahui dari acuan Triple Bottom Line, dimana yang dimaksud dengan Triple Bottom Line adalah 3 acuan dasar yang harus dioperasionalisasikan perusahaan untuk mencapai kesejahteraan. Adapun Triple Bottom Line adalah sevagai berikut:


    1. PROFIT


    Keuntungan adalah salah satu hal terpenting yang harus dicapai sebuah korporasi atau perusahaan dalam memaksimalkan produktivitasnya. Ketika produktivitas sebuah korporasi menunjukkan adanya peningkatan (increase) maka akan terjadi kenaikan pada laporan keuangan. Maka, hal ini berdampak kepada keberlangsungan korporasi dalam jangka panjang. Seorang pengusaha mengatakan "keuntungan bukan segala-galanya, tapi tanpa keuntungan perusahaan tidak bisa berkembang". Kutipan tersebut begitu ringkas menjelaskan bahwa keuntungan itu penting tetapi ada variabel lain yang harus diperhatikan selain keuntungan untuk menjadikan perusahaan mampu bersaing jangka panjang (suistainable).


    2. PLANET (Lingkungan)


    Planet ini mewakili lingkungan (environmental), artinya kesejahteraan korporasi diukur juga dari bagaimana perusahaan tersebut ramah terhadap lingkungan. Jikalau dibandingkan di Negara Maju korporasi yang merusak lingkungan tidak akan diperbolehkan untuk melakukan produksi, karena berakibat fatal terhadap lingkungan dan Pemerintah hanya memberikan izin kepada korporasi yang memperhatikan keindahan lingkungan (environmental friendly). Tetapi yang sangat disayangkan di bumi Nusantara ini pengusaha tidak memperhatikan keindahan lingkungan. Banyak perusahaan melakukan produksi tetapi merugikan banyak masyarakat dan merugikan banyak keindahan lingkungan. Sudah seharusnya ada intervensi total dari pemerintah untuk memitigasi terjadi berbagai kejadian - kejadian akibat ulah perusahaan yang tidak ramah lingkungan.


    3. PEOPLE (Stake holder)


    People merupakan bagian sosial dari perusahaan untuk masyarakat, artinya hal ini juga salah satu indikator perusahaan dikatakan sukses karena menimbang perlakuan perusahaan kepada stake holder (pemangku kepentingan). Stake holder adalah orang yang mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung kepada korporasi ataupun perusahaan. Ketika perusahaan memiliki kepedulian terhadap karyawan, masyarakat (siapapun yang termasuk stake holder), maka stake holder pun akan berusaha melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Maka akan terjadi titik dimana kepedulian perusahaan bertemu dengan kenyamanan stake holder, hal inilah yang menyebabkan perusahaan terus berkembang dan akan mencapai level of happiness (Kesejahteraan).


    Triple Bottom Line adalah konsep yang di desain untuk para pengusaha agar perusahaan tersebut berhasil dan mampu bersaing dalam jangka panjang. Sebelum triple bottom line ini ditemukan para pengusaha di Negara Maju  masih menggunakan one single bottom line, yang berfokus kepada profit. Kejadian yang terjadi banyak perusahaan yang melakukan produksi dengan cara yang salah dan merusak keadaan alam. Akhirnya ada pergesaran paradigma (Shifting paradigm) dan muncullah istilah Triple Bottom Line yang akan berfokus kepada Profit, Planet dan People.


    Kritikan dari penulis kepada Pemerintah agar  melakukan intervensi total kepada perusahaan yang merugikan kekayaan alam yang akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan kritikan kepada pengusaha agar lebih menjaga lingkungan dan melestarikannya.


    BISMILLAH SUKSESKU KORPORASIKU    


    Jumat, 23 Oktober 2015

    ILMU PENGETAHUAN VS TEKNOLOGI

    BISMILLAHIRROHMANIRROHIM..

    Pada zaman prateknologi dimana segala sesuatu masih dalam keterbatasan dan penuh kesulitan yang dihadapi para pendahulu untuk mencari ataupun menggali berbagai macam ilmu pengetahuan. Keterbatasan yang dirasakan para pendahulu adalah keterbatasan teknologi yang berakibat kurangnya informasi atau referensi dari negara lain dan keterbatasan infrastruktur. Tetapi, tidak jarang kita menemukan tokoh-tokoh intelektual yang mampu melewati berbagai macam keterbatasan yang tentunya menjadi sebuah tantangan besar bagi kaum pemikir pada masa itu.


    Jikalau kita mengaitkan dengan kehidupan sekarang yang serba praktis, penuh dengan informasi dan teknologi yang canggih, sudah tidak ada alasan bagi kita untuk tidak semangat dalam menggali berbagai macam  ilmu pengetahuan. Semestinya dengan fasilitas dan kemudahan tersebut membuat kita semakin RAKUS dan GILA dalam kesungguhan belajar. Tetapi, yang sangat disayangkan ternyata teknologi tidak sepenuhnya digunakan menjadi hal yang positif, justru terkadang yang terjadi menyalahgunakan teknologi tersebut.


    Realita yang terjadi di sebagian negara, Khususnya Indonesia belum sepenuhnya menyadari bahwa begitu mudahnya untuk menggali pengetahuan lewat teknologi. Seperti teknologi internet adalah sebuah fasilitas yang sangat bermanfaat untuk menggali ilmu dengan cara yang praktis, hal ini tidak dimiliki oleh para pemikir masa dulu. Permasalahan yang terjadi adalah kenapa orang dulu yang penuh dengan keterbatasan mampu menjadi manusia kritis dan intelektual sedangkan manusia sekarang yang penuh dengan teknologi dan kemudahan sebagian besar gagal menjadi manusia Intelektual???


    Dari pemaparan diatas ada kita mampu menjawab bahwa manusia sekarang terlalu memanjakan OTAK dan menuhankan teknologi tanpa proses penggalian ilmu pengetahuan. Berapa banyak mahasiswa yang melakukan tugas kuliah "copy paste" dari Internet??? (jawab dalam hati).
    Teknologi mampu menjadikan sesuatu yang sulit jadi mudah dan mampu mengubah manusia yang rajin menjadi manusia yang malas.


    BISMILLAH ILMUKU TEKNOLOGIKU  

        


    Rabu, 14 Oktober 2015

    DUALISME KAUM INTELEKTUAL DENGAN USTADZ

    BISMILLAHIRROHMANIRROHIM....


    Pendidikan menjadi salah satu modal penting bagi setiap orang untuk meningkatkan intelektual. Definisi intelektual berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cerdas, berakal dan berfikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan (yang mempunyai kecerdasan tinggi). Namun, untuk meningkatkan intelektual tidak bisa terjadi seketika dengan membalikkan telapak tangan, melainkan perjuangan dan pengorbanan yang besar. 


    Intelektualitas tidak lahir dengan usaha kecil, melainkan dengan kesungguhan dan komitmen untuk selalu belajar dengan cara study smart not study hard. Setiap orang mempunyai cara masing-masing untuk meningkatkan kecerdasan. Seperti dalam kutipan diatas, kita dituntut belajar cerdas bukan belajar keras. Artinya bagaimana dalam belajar kita dapat memahami ilmu dan dapat mengambil pesan moral yang dijadikan sebagai tujuan pembelajaran untuk menjadi orang yang intelektual..  


    Dewasa ini, sangat banyak para intelektual yang menguasai berbagai 
    macam ilmu pengetahuan. Tetapi penulis, melihat dan melakukan penelitian sederhana bahwa sebagian besar para intelektualitas hanya menguasai di bidang pengetahuan umum saja sedangkan pengetahuan di bidang kegamaan bisa dikatakan sangat minim sekali. Ilmu keagaamaan dan ilmu pengetahuan adalah disiplin ilmu yang tidak bisa dipisahkan. Dalam agama islam tidak dikenal adanya sekularisme, justru dalam islam urusan ilmu pengetahuan harus didasarkan kepada agama. Seperti pemaparan dari Bapak Dr. Muhammad Syafi'i Antonio dalam seminarnya " Pejabat memimpin bangsa tidak membawa Rasululloh, dalam transaksi jual beli Rasululloh tidak dibawa juga dan dalam pasar modal syariah Rasululloh tidak dibawa juga. Artinya Rasululloh (Utusan Allah) dan nilai islam hanya ditinggalkan di mesjid saja, Hal inilah yang mendasari banyak terjadi penipuan, spekulasi dan korupsi.



    Sedangkan, para Uztadz adalah orang yang memiliki kesungguhan dalam menjalankan syariat Islam. Salah satu kebanggaan hakiki yang dirasakan para Ustadz adalah mendapatkan hidayah untuk menjalankan syariat Islam. Tetapi yang sangat disayangkan sedikit sekali orang yang paham Agama menjadi pakar ilmu pengetahuan umum dan Orang yang hapal Alquran menjabat sebagai pemimpin. Ini adalah tantangan besar untuk pemuda-pemuda Islam (Mujahid) untuk menjadi orang yang memiliki kapabilitas dibidang keagamaan dan ilmu pengetahuan.




    Dari pemaparan diatas menjelaskan bahwa adanya keterbatasan antara kaum intelektual dan tokoh agama. Hal tersebut yang penulis maksud bahwa adanya dualisme yang harus diperbaiki dengan berbagai keterbatasan yang perlahan-lahan kita transformasi nilai. Tokoh-tokoh islam seperti Ibnu Khaldun, Ibnu Taimiyah, dan Imam Ghazali tidak hanya cerdas di bidang keagamaan dan fiqh saja (fiqh-oriented) melainkan cerdas di bidang ekonomi, keuangan dan pembangunan. Penulis berharap agar kita belajar dari tokoh-tokoh islam tersebut. Semoga tulisan sederhana ini mampu menjadi inspirasi bagi kalangan masyarakat, khususnya generasi muda yang sedang menempuh pendidikan. Teruntuk kepada kita semua agar lebih memiliki kesungguhan dalam belajar agar kita mampu menjadi Orang yang cerdas di bidang Keagamaan dan cerdas di bidang ilmu pengetahuan. Mari kita berdoa karena Islam akan kembali masa Kejayaannya.


    BISMILLAH CERDASKU AGAMAKU DAN CERDASKU ILMU PENGETAHUANKU...